spot_img
Monday, May 20, 2024
spot_img

Kepala SMAN 1 Lawang

Terapi Salat, Siswa Makin Disiplin

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA, MALANG- SMA Negeri 1 Lawang punya cara yang berbeda dalam menegakkan disiplin siswa. Caranya unik. Bisa dibilang belum ada sekolah yang menerapkan, namanya Terapi Salat.

Sesuai namanya, salat menjadi satu metode yang dinilai efektif untuk menegakkan disiplin siswa. Mereka yang beberapa kali terlambat misalnya, diberi tugas untuk salat berjamaah selama seminggu.

Kepala SMAN 1 Lawang Dr. Abdul Tedy,M.Pd mempunyai pertimbangan dan pemikiran besar untuk strategi ini. Menurutnya, salat lebih dari sekedar ibadah. Salat mengandung hikmah besar dalam pembentukan karakter seseorang. Baik yang berhubungan dengan Sang Pencipta maupun sesama makhluk. “Ada banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari ibadah salat, salah satunya kedisiplinan,” katanya.

Siswa yang terlambat akan diberi sanksi salat berjamaah lima waktu. Harus disiplin, tepat waktu. Dilaksanakan selama seminggu. Bagi yang lalai akan sanksi ini maka harus dimulai dari awal. “Salat berjamaah mengajarkan kita kepemimpinan dan tanggung jawab. Selain tentu terdapat nilai-nilai pendidikan akhlak di dalamnya,” terang Tedy.

Pria berkacamata mata ini dikenal sebagai kepala sekolah yang kreatif. Kaya akan inovasi. Mantan kepala SMAN 9 Malang itu selalu menerapkan pendidikan dengan pendekatan agama. Sebut saja, khotmil Quran. Setiap hari siswa SMANELA (sebutan lain SMAN Negeri 1 Lawang), khatam quran. Setiap pagi ada literasi qurani. Sebelum pembelajaran ada waktu sekitar 10 menit siswa mengaji.

Satu siswa satu halaman. Selama sebulan satu siswa membaca halaman yang sama. Untuk bulan berikutnya baru pindah ke halaman yang lain secara berurutan. Dengan demikian siswa bisa hafal dengan sendirinya. “Saat ini era sudah menggerus moral generasi muda. Sudah jarang mendapatkan waktu untuk mengaji. Karena itu sekolah mewadahi,” ungkapnya.

Setelah literasi Quran dilanjutkan menyanyikan lagu lagu Indonesia Raya. Namun sebelumnya, ada satu pembiasaan yang juga terbilang unik. Smanela punya aturan. Siswa yang muslim berangkat dari rumah dalam kondisi suci atau punya wudhu. Tedy punya pemikiran, bahwa air di rumah mengandung berkah. Dan seseorang yang dalam kondisi suci selalu disertai oleh malaikat. “Apalagi seorang pelajar yang keluar dari rumah berniat menuntut ilmu,” kata dia.

Setiba di sekolah, siswa tidak boleh langsung menuju kelas. Tetapi harus ke masjid. Mereka menunaikan Salat Dhuha. Baru setelah itu menuju kelas untuk literasi Qurani. “Pembiasaan ini semua dilaksanakan 30 menit. Alhamdulilah sekarang zero yang terlambat,” tuturnya.

Pembiasan religi ini tidak hanya untuk siswa muslim. Tetapi juga untuk yang non muslim. Bagi siswa Katolik dan Protestan berangkat lebih pagi untuk membaca doa bersama di tempat yang sudah disediakan. Demikian juga yang Hindu dan yang lain. “Supaya toleransi terbentuk secara natural, maka masing-masing kita wadahi. Yang Kristen kita fasilitasi agar guru menjalin komunikasi dengan pendeta di gerejanya. Supaya aktivitas ibadah siswa tetap terpantau,” pungkasnya. (imm/udi)

spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img