spot_img
Sunday, May 19, 2024
spot_img

Dari Desa Kedungsalam Bangun Kampung Songo

Bikin Warga Melek Digital, Aktif Bisnis Online

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Situasi membuat Effendi pulang kampung. Ia membangun Kampung Songo atau Kampung Solidaritas Ngonline. Kini masyarakat melek digital. Membawa manfaat ekonomi pula.

Effendi berasal dari desa di selatan Kabupaten Malang. Yakni Desa Kedungsalam Kecamatan Donomulyo. Jauh dari kota bukan berarti ketinggalan.

Pria 32 tahun ini menekuni  teknologi informasi saat kuliah. Sewaktu kuliah di Universitas Kanjuruhan Malang. Ia lalu mengabdikan skill yang dimiliki untuk masyarakat.

Effendi adalah pemuda di balik lahirnya Kampung Songo atau Kampung Solidaritas Ngonline. Sebuah komunitas yang dibangun menjadi wadah belajar warga mengenal bisnis online. Juga memanfaatkan marketplace atau e-commerce untuk promosi.

Awal mula tergerak saat sebayanya banyak yang bernasib malang.Di Desa Kedungsalam banyak warga menjadi pekerja migran. Menjadi TKI bukannya memperbaiki nasib, namun muncul masalah lain.

“Banyak yang pulang bukan istrinya, tetapi surat cerai. Padahal mereka banyak yang menggantungkan hidup dari sana dan sudah memiliki anak kecil. Ini yang membuat saya tersentuh membantu,” katanya.

Sebelum itu, Effendi adalah pengusaha di bidang periklanan.

Ia bersama sejumlah rekannya mendirikan perusahaan advertising saat lulus kuliah, tahun 2013 lalu. Dilakoni hingga tahun 2018.

Effendi kemudian merasa terpanggil kembali ke desa. Melakukan sesuatu untuk sesamanya. Putra dari pasangan

Sampan dan Sulastri asal Dusun Sumbersih itu menggagas komunitas online. Sukar baginya mrngenalkan perangkat gadget dan internet untuk hal yang lebih bermanfaat kepada warga. Terlebih saat itu harus terbentur dengan sulitnya akses internet dan kendala listrik. Sementara masyarakat yang relatif berpendidikan rendah menjadi tantangan yang menguji kesabarannya.

“Memang ada kendala pendidikan, rata-rata dari mereka warga berpendidikan tamatan SD atau SMP. Sehingga sulit untuk belajar. Tetapi  tetap berusaha untuk saling membagi ilmu hingga bisa lebih mandiri,” ceritanya.

Ia mengajak satu persatu mulai dari pemuda hingga paruh baya berbisnis dan melek digital. Tanpa disangka-sangka, warga desa banyak yang ingin mencoba meski memiliki keterbatasan pendidikan. Termasuk warga yang rentang usianya 40-50 tahun. Itu membuat Effendi semakin bersemangat.

Memang  ada warga yang dibimbing putus asa dan gagal. Tapi lambat laun banyak yang tekun. Berproses menjadi pebisnis online. Bukan memproduksi barang sendiri untuk dijual, Effendi dan warga binaannya memulai dari hal kecil. Yakni menjadi reseller perabot rumah. Seperti gagang pintu, engsel, perabot dapur hingga sparepart kendaraan bermotor dipasarkan di salah satu marketplace online. Lambat laun ada yang tertarik membeli. Warga pun mulai diajari bertransaksi aman dalam jaringan.

“Banyak juga ibu-ibu atau yang berusia 50 tahunan ikut belajar tetap dibantu. Meski perlahan harus dituntun,” keluh dia.

Komunitas Kampung Songo akhirnya tumbuh. Rekan pemuda sebayanya diajak bergabung dan membantu memperluas komunitas ke warga sekitar tempat tinggal. Alhasil, Kampung Songo menjelma komunitas yang mewadahi dengan serius masyarakat desa mejadi enterpreneur.

“Kalau sekarang sudah sekitar 160 orang. Alhamdulillah dari bisnis online itu ekonomi masyarakat terangkat,” tuturnya. Meskipun begitu, Effendi merasa masih perlu banyak belajar mengembangkan lebih luas. Beragam persoalan seperti pengangguran mulai teratasi.

Apa yang diperbuat Effendi dan kawan-kawan menjadikan Kampung Songo bukan lagi komunitas masyarakat desa tertinggal. Melainkan peradaban yang melek digital. Menjelma pengusaha-pengusaha dari warga.

Lulusan Informatika Unikama ini memang memiliki harapan besar bagi desanya. Yakni mengurangi angka pengangguran. Termasuk mengatasi pola pikir yang hanya bergantung pada penghasilan menjadi  pekerja migran. 

“Kalau kita sensitif dengan sekitar, seperti memanfaatkan tanaman-tanaman di sekitar untuk dicari khasiatnya bisa saja dibutuhkan orang di luar sana. Sehingga bisa menjadi nilai jual tinggi yang menghasilkan bagi warga,” katanya.

Hasil pemberdayaan yang dilakukan Effendi dan kawan-kawan bukan semata urusan perut. Namun untuk pembangunan desa. Hal itu secara konkret diwujudkannya dengan membantu pembiayaan pembangunan. Seperti penerangan jalan desa hingga jembatan.

Semua dilakukan  secara swadaya. Ini yang membuat komunitasnya semakin diminati masyarakat. Anggota komunitas Kampung Songo berlatar belakang berbagai profesi. Di antaranya petani, buruh kasar, kuli bangunan hingga mantan narapidana narkoba. Mayoritas dari mereka sebelumnya tak familiar dengan sistem jaringan internet maupun laptop.

Sejak tahun 2020 keadaan mulai berbalik arah 180 derajat. Ratusan anggota familiar dengan laptop untuk jual beli online. Banyak dari mereka yang sudah meningkat taraf ekonomi keluarganya. Bahkan banyak yang telah membeli mobil. 

“Sukses tidak ada kata terlambat. Kami ingin membantu fokus mengurangi pengangguran. Sehingga warga bisa hidup lebih bermartabat dan bermanfaat. Kami punya semboyan sukses tanpa ngutang,” pungkasnya. (m prasetyo lanang/van)

spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img