MALANG POSCO MEDIA, MALANG – Departemen Keilmuan Parasitologi Klinik dan Departemen Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB) bekerjasama dengan Perhimpunan Dokter Spesialis Parasitologi Klinik Indonesia (PDS PARKI) dan Perhimpunan Pemberantasan Penyakit Parasitik Indonesia (P4I) menggelar kegiatan Inaugural Lecture In Parasitology di Auditorium GPP FKUB lantai 6, Senin (30/1) lalu.
Wakil Dekan 3 FKUB, dr. Eriko Prawestiningtyas, Sp.F. menuturkan bahwa penyakit parasit tersebut merupakan penyakit yang masih banyak diabaikan, bahkan terdapat beberapa hal yang belum teratasi dengan sempurna.
“Sehingga di sini kita butuh menambah wawasan ilmu dan informasi-informasi baru, khususnya penyakit parasitik. Tujuannya setidaknya setelah kita mengetahui, kita dapat melakukan langkah pencegahan sehingga tidak akan terjadi di lingkungan,” ungkap dr. Eriko
Ia juga mengatakan bahwa penyelenggaraan kegiatan itu menjadi wujud penghormatan dan pelepasan bagi staf Dosen Parasitologi yang purna tugas. Dengan menghadirkan dua narasumber bidang Parasitologi Klinik sebagai pembicara, yakni, Prof. Dr. dr. Teguh Wahju Sardjono, DTM&H, MSc., Sp.ParK dan Dr. dr. Sri Poeranto, M.Kes., Sp.ParK, yang telah memiliki kiprah dan pengalaman selama lebih dari 30 tahun di bidang ini.
Sedangkan ketua pelaksana sekaligus Ketua Departemen Keilmuan Paraitologi Klinik FKUB, dr. Agustin Iskandar, Sp.PK(k) mengatakan bahwa pengetahuan terkait dengan kasus-kasus klinik mengenai infeksi parasit sangat dibutuhkan.
“Hal tersebut berfungsi untuk menunjang diagnosis dan penanganan yang cepat dan tepat, sehingga dapat diberikan penanganan yang sesuai juga. Selain itu diperlukan pengembangan uji diagnostik lanjut yang bertujuan untuk mengubah atau menunjang metode pemeriksaan konvensional, sehingga dapat meningkatkan akurasi dan efisiensi deteksi penyakit parasitik,” kata dr. Agustin.
Dia menambahkan bahwa infeksi parasit seringkali sulit dibedakan secara klinis dengan penyakit infeksi lain. Sehingga perlu dikembangkannya dua kriteria penting dalam mendiagnosis teknik sensitivitas dan spesifisitas.
“Pendekatan biologi mokuler dan imunologis menjadi metode yang banyak digunakan untuk mendeteksi penyakit parasitik ini karena memang memiliki tingkat sensitivitas dan spesifitas yang tinggi, terkhusus mengenai infeksi parasit. Namun hal tersebut tidak sedikit malah mendatangkan keracunan,” jelasnya.
Atas dasar tersebut, dr. Agustin menuturkan pentingnya kegiatan tersebut adalah untuk menambah pengetahuan, khususnya bagi para mahasiswa, maupun para civitas akademika dan dosen FK UB yang hadir dalam acara tersebut.
“Harapannya kegiatan ini dapat meningkatkan pengetahuan di bidang kedokteran tropis khususnya, karena materi dalam kuliah umum ini merupakan penggayaan dari topik parasitologi yang diberikan dalam kurikulum pendidikan kedokteran,” pungkasnya. (adm/bua)