spot_img
Sunday, May 5, 2024
spot_img

Nita Setia Menunggu Bayu

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA – Bayu Perbangsa salah satu korban yang belum ditemukan. Korlap Ciliwung Camp itu mulanya  berusaha menyelamatkan dua mahasiswa asing yang tersapu ombak Pantai Jembatan Panjang.


Namun dia ikut terbawa arus laut. Bayu  terakhir berkomunikasi dengan keluarganya, Jumat (7/7) pukul 07.22 WIB. Kepada istrinya Nita Sonia, Bayu memberi kabar melalui pesan WhatsApp (WA) bahwa pantai sedang hujan lebat. Ia sempat mengirim foto kepada sang istri.

Nita mengunggah tangkapan layar terakhir kali dirinya berkomunikasi ke Instagram pribadinya.  Menurut kesaksian relawan, Nita langsung menuju ke lokasi Pantai Jembatan Panjang saat  mengetahui informasi suamihya terseret ombak. Nita setia menunggu hingga malam hari.

“Saat tahu kejadian istrinya langsung meluncur ke sana,” ujar salah seorang relawan Malang, Dwi Susiati kepada Malang Posco Media. Nita juga sempat menunggu suaminya itu di pinggir pantai hingga waktu malam hari.

 “Ya Allah, Engkaulah Tuhan yang memberi keselamatan. Dari keselamatan. Maha Suci Allah, Pemilik Kebesaran dan Kemuliaan. Yang…, aku tau disana pasti dingin banget, kamu semangat kamu kuat aku sudah di sini nunggu kamu, ayo kita pulang sama-sama,” tulis Nita dalam unggahan Instagram pribadinya.

Dia juga menunggu saat pagi buta menjelang pencarian hari kedua, Minggu (9/7) kemarin. Menurut kesaksian warga, Nita menunggu lagi di pasir pantai. Bahkan dia menyiapkan kopi dan rokok untuk sang suami dengan harapan Bayu segera kembali.

“Tadi pagi (kemarin, red)  di sini, istrinya nangis nunggu suaminya,”ucap Rokip, salah seorang pemilik warung.

Dia menyebut, bahwa Nita menunggu hingga apel pagi jelang pencarian dilakukan. Hingga akhirnya, Nita diharuskan istirahat oleh tim relawan karena tak enak badan. 

Rokip menceritakan, Bayu adalah salah satu dari tiga WNI yang datang untuk menyelamatkan dua mahasiswa. Salah satunya sempat memainkan Paddle Board Surf atau semacam papan selancar dengan dayung hingga terseret arus. Tampak di lokasi, Paddle Board milik Ana tersangkut di salah satu pulau kecil tak jauh dari lokasi hilangnya para korban.

“Sudah ada yang memperingatkan, mereka ada yang bawa semacam selancar dan akhirnya hanyut. Yang mau nolong malah ikut terbawa ombak,” imbuh Rokip. 

Sementara itu  Ruspandi, 24, warga Jalan Tritomulyo Desa Klagen Kecamatan Tajinan sempat terseret gelombang laut yang selamat. Keluarganya sempat menangis sebelum mendapat informasi Ruspandi yang menjadi tulang punggung keluarga itu ditemukan.

“Orang tuanya Pandi sekarang masih di pantai untuk bertemu. Mereka terkejut mendengar informasi musibah dan langsung ke pantai jam 10 malam (Sabtu),” ujar Maryadi, kakek Ruspandi, ditemui Malang Posco Media, Minggu (9/7) kemarin.

Ruspandi bekerja sebagai pemandu wisata. Dia diketahui kerap mengajak tamu berwisata. Ruspandi melakukan itu sembari kuliah di UB.  Sebentar lagi ujian skripsi.  Ia tulang punggung keluarga. Saudaranya dua, perempuan. Masih duduk di bangku kelas 1 SD dan Kelas 1 SMP.  Orang tuanya tinggal dengan Maryadi.

“Orang tua bersama dua adiknya tinggal di sini (rumah Maryadi). Sedangkan, Ruspandi jarang tidur di rumah. Dia sibuk kerja sambil kuliah,” urainya.

Bagian tubuh Ruspandi diketahui Maryadi mengalami memar akibat terombang-ambing di laut. Lalu diduga terbentur karang. Hal itu membuat keluarga panik. “Saya mendapat informasi dan fotonya, tubuh Ruspandi memar,” sambung Maryadi. (tyo/den/van)

spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img