spot_img
Wednesday, May 15, 2024
spot_img

Perajin Kostum Karnaval Raup Rp 35 Juta Per Bulan Dari Plastik

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Malang Posco Media – Sejak September 2014 lalu, komunitas Trawas Trashion Carnival (TTC) memanfaatkan plastik untuk membuat kostum karnaval. Kini karyanya menghiasi event di Bumi Majapahit dan beberapa daerah lain.

Sejauh ini TTC mempunyai 100 lebih desain kostum karnaval beragam tema. Mulai dari tema kopi Trawas, merah putih, Mesir, Suku Aztec, Dayak, burung, hingga tema Majapahit. Terbaru 22 kostum karnaval bertema Majapahit yang mereka buat untuk ditampilkan di event Majafest 23-27 Agustus lalu atas permintaan Bupati Mojokerto Ikfina Fahmawati.

Dilansir dari detikJatim, Minggu (11/9), komunitas Trawas Trashion Carnival (TTC) memanfaatkan sampah sebagai bahan utama untuk kostum yang mereka kreasikan, sehingga muncul kata kata Trashion yang merupakan gabungan kata trash and fashion.

“Awalnya murni passion dan peduli lingkungan hidup. Kami ingin menyampaikan kepada masyarakat kalau sampah yang dipandang sebelah mata bisa dimanfaatkan supaya tidak merusak lingkungan,” kata pendiri sekaligus Ketua TCC Tri Mulyono kepada detikJatim, Minggu (11/9/2022).

Pendiri TTC ada 5 orang dan Tri merupakan satu dari 5 inisiator tersebut. TTC berlokasi di Desa/Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto. Pada tahun pertama, komunitas ini membuat kostum karnaval dari sampah plastic seperti bungkus minuman saset dari sejumlah warung kopi.

Penampilan pertama karya TCC tampil di event lomba kampung bersih, kampung hijau, pameran lingkungan hidup dan sekolah Adiwiyata. Namun, ada pula yang dibeli atau sekadar disewa oleh instansi.

Namun, seiring berjalannya waktu kostum tersebut dirasa kurang menguntungkan. Karena menyiapkan bahannya saja butuh waktu sampai 1 bulan. Belum lagi tahap merangkai sampah plastik menjadi kostum karnaval yang setidaknya memakan waktu 2 minggu.

“Prosesnya panjang, ketika dipakai kostumnya juga lebih mudah rusak. Dalam setahun itu belum sampai menjadi penghasilan atau profit. Oleh sebab itu kami belajar dari Jember Fashion Carnival (JFC) mulai awal 2015,” terangnya.

Ketika itu, kata Tri anggota TTC mempelajari kostum karnaval JFC sebatas melalui medsos. Tahun itu pula komunitas ini mulai membuat busana karnaval yang lebih artistik. Tri dan kawan-kawan baru benar-benar menyaksikan langsung JFC pada 2016. Dari sanalah ia mulai menjalin koneksi dengan para perajin untuk bertukar ilmu.

Kini TTC mempunyai 71 anggota. Tidak hanya dari Kabupaten Mojokerto, mereka juga datang dari Jombang, Lamongan dan Pasuruan. Bahan kostum karnaval pun tak lagi sepenuhnya menggunakan sampah plastik. Sebagian besar bahan yang mereka gunakan dibeli dalam kondisi baru.

Antara lain berupa kain, spons eva, hiasan renda, batu-batuan permata, kawat dan kerangka kostum berbahan galvalum. Sedangkan sampah yang masih dimanfaatkan berupa saset minuman, botol plastik, spons eva dan kain perca.

“Kain perca dan spons bisa kami pakai baju, sabuk, aksesoris gelang tangan dan kaki sebagai lapisan luar hiasan,” jelasnya.

Pembuatan kostum karnaval ternyata lumayan rumit dan panjang. Mulai dari menentukan tema, membuat desain kostum, sampai merinci bahan yang dibutuhkan. Baik bahan daur ulang sampah maupun bahan baru. Barulah proses merangkai bahan-bahan menjadi sebuah kostum, lalu fitting kostum agar benar-benar nyaman dipakai oleh model.

Menurut Tri pembuatan kostum karnaval membutuhkan waktu 3 minggu sampai 2 bulan. Tergantung pada kerumitan desain dan bahan yang digunakan. Karena sulitnya membeli bahan kadang kala memperlama pembuatan kostum. Salah satunya batuan permata imitasi yang tak jarang harus dibeli secara online dari Jakarta, Bandung, Semarang dan Jember.

“Budget kami kostum karnaval untuk anak-anak mulai Rp 1 juta, kostum dewasa mulai Rp 2 juta. Tergantung kerumitan desain dan bahan,” ungkapnya.

Kostum karnaval buatan TTC, lanjut Tri sering disewa untuk memeriahkan berbagai karnaval. Baik di Mojokerto sendiri maupun di Jombang, Pasuruan, Lamongan dan Surabaya. Khususnya pada Maret-April ketika momen peringatan hari Kartini, Juli-September pada momen HUT Kemerdekaan RI, hari batik pada Oktober, serta event tahun baru.

Kini mereka mempunyai 58 kostum yang siap disewa. Tarifnya pun tergolong ramah di kantong. Yaitu Rp 200 ribu untuk kostum anak-anak dan Rp 300-600 ribu untuk kostum dewasa. Ternyata kostum bertema burung yang selama ini paling laris disewa.

“Misalnya sewa untuk event tanggal 11, kostum bisa diambil tanggal 10, kembali tanggal 12. Kalau telat mengembalikan kena denda Rp 100 ribu per hari,” terangnya.

TTC juga melayani pesanan kostum karnaval. Kostum buatan Tri dan kawan-kawan biasa dibeli sekolah jurusan tata busana di Kota dan Kabupaten Mojokerto, serta Surabaya. Pengiriman paling jauh sampai Kalimantan dan Lubuklinggau, Sumsel. Harga yang mereka patok mulai Rp 1 juta untuk kostum anak-anak dan Rp 2 juta untuk kostum dewasa.

Juara sejumlah perlombaan juga mereka raih. Seperti juara 1 Mojo Batik di Kota Mojokerto 5 tahun berturut-turut 2015-2019, juara 3 Tuban Night Carnival 2018, serta juara 1 dan 2 Tretes Fashion Carnival di Pasuruan tahun 2016 dan 2017. Bahkan, karya TTC masuk 10 besar dalam event Kartini Run di Monas, Jakarta pada 2019.

“Ketika itu kami kerja sama dengan Bu Lia Sigit, istri mantan Kapolres Mojokerto Kota untukq event Kartini Run di Monas tahun 2019 masuk 10 besar. Kami buat kostum garuda ketika itu,” tandas Tri. (sun/sun/dtc/mg7/lin)

spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img