spot_img
Saturday, April 27, 2024
spot_img

Temenggungan, Banyak Bangunan Bersejarah

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG MBIEN

MALANG POSCO MEDIA-Dulu terkenal disebut Temenggungan. Berada di wilayah Kelurahan Sukoharjo. Terdapat cukup banyak peninggalan berupa bangunan bersejarah di wilayah ini. Penyebutan Temenggungan (Tameengoonhan) diperkirakan sudah  sejak era kolonial. Sekitar tahun 1777.

Karena lokasinya yang dekat dengan Sungai Brantas, kampung Temenggungan merupakan salah satu dari belasan daerah lain yang awal terbentuk di Kota Malang.

Budi Hariyadi, salah satu warga setempat menjelaskan, nama kampung Temenggungan  tetap bertahan. Juga masih sering disebut.

“Di dalam gang itu ada makam dari Mbah Temenggung. Menurut cerita yang saya terima, karena merupakan salah satu tokoh di sini, tempat ini akhirnya disebutnya jadi Temenggungan. Itu sudah sejak saya kecil dulu,” jelas Budi kepada Malang Posco Media.

Terpisah, pemerhati sejarah Kota Malang Agung Buana mengatakan  penamaan Temenggungan memang diambil dari istilah jabatan Tumenggung. Ini merupakan istilah penyebutan sebelum Kadipaten Malang. Toponimi ini memang tidak seperti biasanya yang notabene penyebutan daerah diambil dari nama tanaman, pohon atau penanda yang ada disitu.

Sederhananya, Kadipaten Malang ini seperti halnya Bupati Malang. Wilayah tersebut dikatakan Agung memang dulunya pada tahun 1767 jatuh ke tangan Belanda hingga akhirnya dibentuk kepemimpinan Tumenggung, yakni Raden Tumenggung Kartonegoro.

“Masyarakat di situ memang mempercayai makam itu makam Mbah Temenggung. Tapi juga banyak yang menyebut makam itu bukan berisi jasad melainkan pusaka dari Mbah Tumenggung. Karena kalau yang dimaksud Tumenggung atau Bupati Malang pertama, makamnya diketahui ada di Ki Ageng Gribig. Nah yang di Temenggungan ini yang dimaksud siapa ini yang menarik,” beber Agung.

Ia sepakat, daerah Temenggungan memang cukup bersejarah dan banyak peninggalan bangunan yang bernuansa Belanda. Terutama di sepanjang kawasan Jalan Aries Munandar.

Salah satu gedung yang terlihat paling menonjol dan sangat terlihat gaya arsitektur asli Belanda adalah gedung Loji Freemason di Jalan Aries Munandar 52. Freemason  merupakan sebuah tarekat bebas atau organisasi yang agak tertutup dan biasanya terdapat orang-orang elite di dalamnya. Saat ini, gedung tersebut dijadikan sebuah gerai minuman modern.

“Di rumah tersebut, konon dulu juga menjadi perpustakaan yang paling lengkap pada zamannya. Perpustakaan yang ada di lantai dua ini banyak di antaranya  merupakan koleksi militer dan koleksi tentang pendidikan. Sedangkan lantai satu,  untuk ritual orang yang tergabung  freemason,” ungkap Agung.

Selain itu, juga masih ada gedung tua di depan kantor Kelurahan Sukoharjo yang banyak disebut sebagai Gedung Diesel. Begitu juga beberapa rumah lain di pinggir Jalan Aries Munandar yang masih terasa nuansa arsitektur gaya Belanda.

Tidak berhenti disitu, Temenggungan juga makin kuat di benak masyarakat Kota Malang lantaran di daerah tersebut  terdapat titik nol Kota Malang yang pertama. Penanda titik nol Kota Malang ini persisnya berada di ujung Jembatan Brantas, di pinggir jalan persimpangan Jalan Aris Munandar – Jalan Juanda dan Jalan Gatot Soebroto.

Kota Malang  merupakan salah satu daerah yang sangat unik di Indonesia. Karena memiliki dua titik nol kilometer. Selain di Temenggungan, titik nol lainnya terdapat di Alun Alun Merdeka Kota Malang, tepatnya kini bergeser di bawah Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) Alun-Alun.

“Titik nol Kota Malang di situ lebih dulu, sejak 1870 karena di Temenggungan ini karena menjadi lokasi yang pas untuk mengukur jalur distribusi pos atau distribusi pengiriman barang. Kalau yang kedua, di Alun -Alun, didirikan patok panjang atau tiang di situ untuk menunjukkan hegemoni Belanda bahwa di Malang juga mempunyai pusat pemerintahan di situ. Atau sekitar tahun 1920-an, itu untuk menunjukkan bahwa Belanda punya power,” tandasnya. (ian/van)

spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img