MALANG POSCO MEDIA- Musim kompetisi Liga 1 2021/2022 menjadi petualangan luar biasa dalam karir berjunalistik wartawan Malang Posco Media, Stenly Rehardson. Sejak empat bulan terakhir 2021 full cover berita Arema FC yang kembali berkompetisi setelah Indonesia tanpa Liga nyaris dua musim.
Berbeda dengan sebelumnya yang harus dilalui adalah tour panjang mengikuti setiap seri yang ada. Termasuk melawan pandemi Covid-19 yang kembali tinggi di Seri 4 yang berlangsung di Pulau Dewata Bali.
Tidak hanya itu, news lain di bidang olahraga dan sepak bola tetap harus saya up to date. Meskipun raga saya tak di Malang, tak jarang berita tentang peristiwa di Bumi Arema tetap saya ikuti. Bahkan saya tulis.
Di tengah-tengah Seri 3 yang masih berlangsung di Yogyakarta dan Jateng, saya masih terus kontak dengan narasumber di Malang. Seperti Arema FC Putri, yang di triwulan terakhir masih tetap aktif roadshow. Tim yang lebih familiar dengan nama Arema FC Women itu mengikuti sejumlah turnamen. Di antaranya di Bali dengan mengikuti Piala Gubernur, lalu berujicoba di Solo. Kemudian masih ada pula agenda pertandingan di Semarang dan Jakarta.
Ketika saya fokus liputan Liga 1, berita Alzahna Firzalvia dkk pun terus saya dapatkan. Beruntung komunikasi dengan pelatih Nanang Habibi serta Manajer Fuad Ardiansyah sangat baik. Tidak jarang pula mereka menelepon balik saya.
Bahkan ketika saya sedang asyik menulis berita di Yogyakarta, Pak Fuad juga sempat menelepon. Mereka menjalani turnamen di Bali. Seperti medio Oktober 2021, ketika dia menyampaikan agenda peringatan satu tahun tanpa kompetisi resmi.
“Peringatan setahun Arema FC Women tanpa kompetisi resmi. Away football holiday, main di beach club,” tulis pesan Fuad Ardiansyah kepada saya.
Dia pun menyampaikan agenda turnamen di sana. Namun yang menarik, ada agenda versur ‘DJ’ yang disertakan dalam pesan tersebut.
Komunikasi lantas berlanjut di telepon, dengan sejumlah pemain dan official. Mereka terus-terusan mengundang saya agar merapat ke Bali. Sempat tergoda. Kebetulan waktu itu ada jeda pertandingan agak lama. Saya sempat mengarrange untuk ke Bali. Eits, saya ingat tugas utama. Dan tetaplah saya di Yogyakarta.
Lantas di Seri 3, selepas jeda kompetisi, Pak Fuad kembali mengirim pesan. “Umak (kamu) lanjut Seri 3?,” tanya dia. Tentu saja saya jawab, iya. Setelah itu, ada beberapa komunikasi yang lagi-lagi berlanjut ke telepon. Intinya pesan pada pertengahan November tersebut adalah sinyal untuk pertandingan ke luar negeri.
“Setelah ini saya umumkan sponsor resmi Arema FC Women, baru away naik pesawat lagi. Pasti jauh, kan sudah dibantu imigrasi (pembuatan paspor) Masak away dekat,” sebutnya.
Setelah itu, saya berkonsentrasi liputan Arema FC di Seri 3. Semangat tinggi terus berada di sana, karena Arema FC terhitung berprestasi. Bersaing di papan atas. Sampai tuntas Seri 3, ternyata saya hanya istirahat sejenak di Malang.
Ajakan Arema FC Women kembali datang. Kali ini ke Semarang dan Jakarta. Turnamen dan menjadi lawan latih tanding Timnas Putri Indonesia yang sedang bersiap mengikuti Piala AFC di India. Saya dengan tegas menjawab, ikut dalam agenda tersebut. Mumpung jeda kompetisi. Tentu saja, setelah saya berkomunikasi dengan pemimpin redaksi, bos saya di redaksi, Mas Abdul Halim.
Namun pikiran saya tentu saja bukan sekadar ikut ke sana. Ketika ke Jakarta, saya berhitung untuk kembali ke Bogor. Semifinal Liga 2. Ada Rans Cilegon FC, Persis Solo, PSIM Yogyakarta dan Dewa United. Setelah melihat jadwal, ternyata tidak bertabrakan. Maka saya pun kembali ke Stadion Pakansari. Ada misi lain. Memotret Fabiano Beltrame dan Sandi Sute.
Saya sudah mendapatkan kabar tentang Arema FC merekrut dua pilar Persis Solo tersebut. Tentunya, ada beberapa pengorbanan. Ketika ke Jakarta, tepat di Hari Natal. 25 Desember 2022.
Setelah misa pagi di rumah, saya bersiap ke kota untuk tour Jakarta. Usai bertegur sapa dan merayakan momen Natal sampai sore, lanjut ke ibu kota. Keputusan mungkin yang bisa dianggap gila namun ketika kita sepenuh hati, enjoy menikmatinya, hasilnya luar biasa. Pikir saya. Salah satunya, saya pun memiliki portofolio pertandingan Timnas, meskipun sekadar uji coba.
Sepulang dari Jakarta, hanya ada jeda sekitar lima hari sebelum kembali berkompetisi. Ya, meskipun sebagai jurnalis, bolehlah saya anggap demikian. 2 Januari 2022, saya sudah bertolak ke Bali. Dengan perjalanan darat, demi mendapatkan foto tim yang berangkat sehari kemudian.
Fiuh.. Setelah melihat jadwal, maka saya berhitung, dua bulan di Pulau Dewata. Bukannya senang, saya was-was. Omicron sedang mengganas. Malah sejak laga pertama sudah terdengar kabar, sejumlah pemain terpapar dan absen.
Arema FC pun sempat mengkonfirmasi, ada sekitar delapan pemain isolasi mandiri ketika absen lawan PSIS Semarang. Sebelumnya berita sudah ramai ketika sejumlah pemain asing absen dalam laga melawan Bhayangkara FC.
Covid-19 mengkhawatirkan. Ada satu quote dari pelatih Persela Lamongan, Jafri Sastra. Kala itu, dia baru saja berlaga dan kehilangan empat pemain. Dia menyampaikan kompetisi extraordinary yang tentu juga harus dihadapi dengan bijak.
“Ini kita sedang berkompetisi dengan Covid-19. Jadi harus siap sewaktu-waktu, siapa pemain yang absen setelah tes (PCR),” begitu kira-kira ucapan coach Jafri.
Bahkan tak jarang yang mengkritisi PT LIB tetap mempertahankan kompetisi di Bali. Dengan segala macam anggapan tidak amannya Bali. Eits, menurut saya semua juga sedang meningkat kok setelah tahun baru.
Dengan kondisi tersebut, saya protect supaya tidak terpapar. Jarang sekali saya keluar, kalau tidak untuk mencari makan atau menuju stadion. Sesekali, boleh ke kafe, tapi itu pun SMP. Sudah Makan Pulang.
Termasuk ke hotel tim Arema FC, saya sempat takut. Selain juga penerapan prokes dari tim, yang tidak memperbolehkkan sembarang orang datang. Bahkan Media Officer Arema FC Sudarmaji sampai paham, kalau saya tidak akan mau datang. Hehehe.
“Mana berani Stenly datang ke hotel,” ujar dia ke fotografer Malang Posco Media, Guest Gesang, yang sudah datang di Bali sejak 9 Februari lalu.
Kalaupun datang, memotret dari kejauhan langsung pergi. Begitupun saat di lapangan. Ketika ada pemain cadangan berlatih di belakang area fotografer, saya was-was. Tak sedikit yang menyapa, lalu berlanjut bersalaman atau tos.
Buru-buru saya mencari hand sanitizer. Membersihkan tangan saya. Dalam pikiran ini, kalau saya terpapar pasti rugi. Pertama tanggungan biaya, kedua tentu saja harus istirahat dari lapangan. Lalu ada yang penting lagi tetap harus cover liputan Arema FC Women tour ke Turki.
Puji Tuhan sampai tugas saya terakhir, 13 Februari, sehari sebelum pulang, puluhan tes yang saya lalui klir. Meskipun tak hanya sekali saja, ada orang lain yang hasilnya reaktif ketika tes di dekat saya. Hehehe.. (ley/van/bersambung)