Ahmad Soleh agen koran tak sekadar jualan koran. Pemilik Soleh Agency ini memberdayakan penyandang disabilitas. Semuanya dilakukan dengan ikhlas.
======
MALANG POSCO MEDIA- Mentari pagi belum menyingsing kala puluhan orang berkumpul di Jalan Kawi Kota Malang. Tepat di pinggir jalan, hanya beberapa meter dari perempatan Ijen Boulevard. Para penjual koran, asongan, mengambil koran yang akan dijualnya hari itu, di kios Soleh Agency.
Dari sejumlah penjual koran itu, sekilas tampak tidak ada perbedaan. Namun jika dilihat lebih dekat, ada yang tidak sama. Salah satu penjual koran itu penyandang disabilitas fisik. Salah satu engkel kakinya tak normal.
Namanya Rofik. Tinggal di Kelurahan Pisangcandi, tidak jauh dari tempat berjualannya. Yakni di perempatan Dieng atau Jalan Terusan Dieng, tepatnya di depan Cyber Mall Malang.
“Ini sudah sejak lahir begini. Ya syukurnya masih bisa jalan dan jualan koran. Sudah lama saya jualan koran ini dan syukurnya selama ini tidak ada masalah, semua mendukung,” kata Rofik dengan tutur katanya yang sopan.
Rofik sendiri mengambil koran di kios Jalan Kawi yang dikelola oleh Ahmad Soleh, pemilik Soleh Agency. Rofik bukan satu satunya penyandang disabilitas yang berjualan koran. Di Jalan Galunggung, juga ada penjual koran lain yang juga merupakan disabilitas dan ikut dalam Soleh Agency.
Selain keduanya, masih ada beberapa disabilitas lainnya yang juga berjualan koran. Hampir tiap hari mereka mengambil koran di Soleh Agency, kemudian menjual di lokasi masing-masing. Selain di Jalan Terusan Dieng dan Jalan Galunggung, ada juga yang berjualan di Jalan Kelud, Jalan Ijen dan satu lagi berkeliling di beberapa lokasi.
“Totalnya sekarang ada lima orang penyandang disabilitas yang kerja bersama saya. Saya sangat menghormati mereka karena walaupun dengan kondisi yang berbeda, semangatnya sangat tinggi,” puji Soleh, pemilik Soleh Agency.
Perjalanan Soleh berjualan koran bersama para disabilitas sejatinya sudah cukup lama. Sejak SD kelas 5, Soleh sebenarnya sudah berjualan koran. Ia sukses resmi menjadi agen pada sekitar 2008 silam.
Ketika sudah menjadi agen, barulah dia memiliki rekan kerja menjual koran. Satu per satu, penjual koran dan asongan makin banyak. Bahkan ia sempat memiliki sebanyak 65 orang penjual koran dan asongan.
“Dulu sempat sekitar 30-an itu disabilitas. Ada yang netra, ada juga yang fisik,” sebut pria paruh baya yang berdomisili di Kelurahan Bareng ini.
Awal bekerjasama dengan disabilitas, kata Soleh tidak ada hal negatif sedikitpun baginya. Walaupun jumlah koran yang dibawa cukup banyak, nyatanya para penyandang disabilitas ini tetap berusaha yang terbaik.
“Bahkan sejak awal tidak ragu sedikitpun, karena mereka semangat. Bahkan penyandang disabilitas bagus semangatnya. Saya pada tahun 2017 pernah ditipu sampai rugi Rp 300 jutaan sama anak buah yang non disabilitas. Tapi yang disabilitas ini ternyata malah lebih tertib, tidak pernah saldo, tidak pernah telat bayar koran, makanya saya sangat salut,” ungkap Soleh.
Dengan telaten, Soleh pun bekerjasama dengan para disabilitas itu tiap harinya. Ia berusaha menyempatkan berkomunikasi, saling menyemangati.
Soleh pun berusaha komunikasi dengan menggunakan hati. Sebab
menurut dia sebagian dari disabilitas yang ditemui terlihat ada watak yang keras. Ditengarai karena trauma diskriminasi dari lingkungan.
“Padahal sebenarnya mereka itu jujur ketika diajak kerjasama. Harus lebih mendengar apa yang mereka butuhkan,” kata dia. Soleh pernah tiap hari mengantarkan penyandang disabilitas menggunakan motor.
“Bagi saya tidak masalah, karena semangat kerja, tidak pernah curang dan tidak pernah saldo atau ada tanggungan,” bebernya.
Dengan kata lain, lanjut Soleh, potensi disabilitas terhadap masalah pekerjaan sangatlah luar biasa. Niat dan semangat untuk bekerja sangat tinggi. Hal ini yang seharusnya disadari oleh lingkungannya. Termasuk yang paling dekat, adalah keluarganya.
Merasakan betul bekerjasama dengan disabilitas, Soleh sejak lama istiqomah membantu mereka. Seringkali ia memberikan sembako hingga membantu pengobatan secara rutin. Ia lakukan itu dengan ikhlas.
“Anak disabilitas itu justru harus sering didekati, diajak komunikasi, harus tidak malu saya yang ke rumahnya. Memang saya orangnya begini, embongan, saya anggap mereka seperti keluarga. Saya berusaha bantu, contohnya pas rioyo (lebaran, red) saya usahakan untuk bantu mereka sesuai kemampuan saya, ” kata pria kelahiran 22 April 1979 ini. (ian/van/bersambung)