spot_img
Saturday, May 18, 2024
spot_img

Alm Kolonel (Anm) Sandhra Gunawan Komandan Skadron 21 di Mata Keluarga; Dermawan, Satu Keinginan Belum Tercapai Membangun Masjid

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Seharusnya kedatangan keluarga adalah menyambut kepindahan ke Yogyakarta. Namun takdir berkata lain. Kebahagiaan keluarga yang berkumpul justru berubah kabar duka atas musibah jatuhnya pesawat Super Tucano, Kamis (16/11) lalu. Salah satu korbannya adalah Kolonel (Anm) Sandhra Gunawan.  

Siang itu, sebuah gang di Jalan Komud Abdul Rahman Saleh No. 701, Asrikaton Kecamatan Pakis tampak dipenuhi karangan bunga yang berjajar, Selasa (21/11). Di situlah kediaman keluarga Kolonel (Anm) Sandhra Gunawan yang menjadi korban kecelakaan Super Tucano pada, Kamis (16/11) lalu. Sejumlah tamu datang ikut berkabung atas kehilangan sosok Komandan Skadron 21 Abd Saleh itu.

Melangkahkan kaki perlahan dan menyapa Malang Posco Media dengan senyum. Ia adalah Antasari, adik kandung Sandhra sepulang dari masjid siang kemarin. Ia tampak tegar meski kesedihan tak bisa ditutupi dari raut wajahnya. Kini Antasari adalah kakak tertua sepeninggal Sandhra, menyisakan ia yang seorang prajurit TNI Angkatan Darat dan adiknya Astri Kusuma Wati seorang Dokter.

Hal pertama yang terlintas, dikatakan Antasari, saat menceritakan tentang Sandhra adalah kedermawanannya. Sandhra di mata dia dan keluarga adalah sosok yang berjiwa sosial tinggi. “Dia selalu menjadi panutan, jiwa sosialnya tinggi. Kalau dia mau membantu orang itu tidak pernah nanggung. Warung yang sepi di depan sini (sembari menunjuk ke depan gang) dia beli, makan diborong dikasih ke anak buahnya di Skadron. Bukan sedikit, tapi ada 150 orang,” cerita dia.

KENANGAN: (Mengenakan Jaket Biru Tua) Kolonel (Anm) Sadhra Gunawan bersama kedua adiknya Antasari dan Astri Kusuma Wati saat berlibur di Malino, Makassar. (Ist/ Dok. Pribadi Antasari)

Pribadi Sandhra, kata Antasari, sudah menjadi kebanggaan keluarga. Pribadi yang sopan pada siapa saja, serta berperilaku sangat baik kepada sekitarnya. Beberapa keinginan dari Sandhra juga pernah diceritakan pada keluarga. Salah satunya bagaimana agar dia bisa membangun sebuah masjid di dekat Skadron 21.

“Hanya satu yang belum sempat tercapai, keinginannya membangun masjid di Skadron. Itu pernah dia sampaikan ke saya. Tapi tuhan punya rencana lain, tuhan lebih sayang,” katanya.

Sandhra seharusnya mendapatkan tempat baru dipindahtugaskan ke Yogyakarta menjadi Danyon Taruna. Namun musibah terjadi. Sandhra meninggal dunia di usia 41 tahun. Meninggalkan istri dan dua anak yang masih belia. Keduanya baru menempuh pendidikan di bangku SMP. Antasari sebagai adik, terus memotivasi kedua anak Sandhra agar tetap tegar dan kuat melewati cobaan.

“Saya juga harus tegar, karena saya yang sekarang menjadi yang tertua,” tuturnya sembari melihat kea rah dinding rumah. “Ini ketika kami semua liburan ke Malino,” kata Antasari sambil menunjukkan sebuah foto ia bersama Sandhra dan adiknya Astri.

Tampak ketiganya tersenyum bahagia. Saat itu, ujar Antasari, adalah momen ketika keluarga mereka berlibur bersama keluarga kecil masing-masing. Hal itu sering kali dilakukan ketika liburan tiba, atau pada momen-momen penting. “Kami dari kecil selalu main sama-sama, salat lima waktu. Salat selalu di masjid, baik subuh, sekali pun hujan,” ceritanya.

Pilihan hidup sebagai tentara diturunkan dari sang ayah yang juga merupakan prajurit, tepatnya angkatan darat (AD). Keluarga Sandhra berasal dari Jakarta, namun pindah ke Makassar karena penempatan tugas sang ayah. Hingga ketiga bersaudara dibesarkan di Makassar hingga menjadi prajurit TNI.

Antasari memilih angkatan darat, Sandhra memiliki keinginan sejak kecil menjadi penerbang, sedangkan Astri menjadi dokter. Meski memiliki profesi berbeda, namun setiap keluhan selalu dibicarakan bersama keluarga. Baik Sandhra maupun Antasari selalu membantu Astri si paling bungsu untuk membiayai pendidikan.

Sandhra yang tertua dikatakan lebih sering membiayai kedua adiknya ketika berlibur. “Bersama Almarhum, peralatan dokter untuk adik itu kami iuran sampai dia jadi seorang dokter,” ucapnya.

Tak ada yang menyangka, janji kehadiran keluarga menjelang kepindahan Sandhra berubah menjadi duka. Sandhra lebih dulu dipanggil sang khalik sebelum merayakan kebersamaan. Kini dua anak almarhum bernama Zaki dan Nabil diasuh sang istri Khairuni di Malang.

“InsyaAllah diterima, kita semua sangat kehilangan. Dia orang yang berprestasi juga. Kegigihannya itu terlihat ketika SMA dia pernah kendala mata yang kabur. Dia harus operasi agar sembuh dan demi menjadi penerbang,” katanya.

Keluarga berharap anak-anak dari Sandhra bisa menjadi penerus sosok yang mengabdi pada bangsa dan negara. “Mereka saya harap bisa menjadi penerus perjuangan ayahnya, entah nanti menjadi prajurit TNI, atau mengabdi melalui jalur yang lain,” harapnya.

Kolonel (Anm) Sandhra Gunawan menjadi penerbang pesawat tempur Super Tucano milik Lanud Abd Saleh pada sesi latihan, Kamis (16/11) lalu. Dia adalah satu dari empat perwira menengah yang menjadi korban kecelakaan dua pesawat di ladang warga Desa Gunung Kundi, Kecamatan Lumbang, Kabupaten Pasuruan dan Desa Keduwung, Kecamatan Puspo, Kabupaten Pasuruan.

Sandhra ditemukan meninggal dunia dan jasadnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Untung Suropati Malang. Almarhum dimakamkan bersamaan dengan Marsma (Anm) Adm Widiono Hadiwijaya, dan Marsma (Anm) Pnb Subhan. Korban lain Letkol (Anm) Pnb Yuda Anggara Seta dimakamkan di Madiun.(tyo/lim)

spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img