spot_img
Saturday, May 18, 2024
spot_img

Mengikuti Pelatihan Cek Fakta Jelang Pemilu 2024 (1)

Belajar Membongkar Hoaks, Gunakan Beberapa Tools Verifikasi

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA – Kesempatan berharga diperoleh Malang Posco Media, mengikuti program pelatihan cek fakta yang digelar Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) selama tiga hari di Solo. Berikut catatan bersambung dari Buari, Wartawan Utama sekaligus Manajer Digital Malang Posco Media yang mengikuti pelatihan tersebut.

Pelatihan cek fakta di Solo adalah seri terakhir dari lima pelatihan yang digelar AMSI. Selain Solo, sebelumnya digelar di Jakarta (31 Oktober-2 November), Padang (7-9 November), Makassar dan Denpasar (14-16 November).  AMSI bekerjasama dengan Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) dan Google News Institute.

Total 150 jurnalis dari 150 media anggota AMSI dari seluruh Indonesia telah mengikuti pelatihan cek fakta. Termasuk Malang Posco Media, bersama 34 perwakilan media dari Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Timur mengikuti pelatihan seri terakhir di Hotel Alana, Solo, mulai hari Minggu (19/11) hingga Selasa (21/11).

Fokusnya pelatihan cek fakta kali ini adalah melawan disinformasi dan misinformasi jelang Pemilu 2024. Intinya adalah belajar membongkar hoaks yang sering berulang di momen-momen tertentu, seperti jelang pemilu. Istilah kerennya ‘debunking’. Adalah kerja pemeriksaan fakta yang langsung melakukan analisis, mengecek dan memverifikasi informasi terindikasi hoaks.

Hari pertama, Minggu (19/11), pelatihan cek fakta menghadirkan dua orang pemateri, yaitu Tri Suharman, Produser news Metro TV dan Imadudin, Pemeriksa fakta Times Indonesia. Ada tiga sesi, menelusuri konten asli dengan melakukan analisis sumber dan teknik pencarian google, kedua verifikasi lokasi dan waktu, ketiga audit media sosial.

Suasana pelatihan cek fakta seri kelima di Solo yang digelar AMSI.

Dalam membongkar sebuah hoaks, melakukan analisis, mengecek fakta dan memverifikasi sumber adalah penting. Sejatinya itu adalah esensi dalam jurnalisme yang harus disiplin melakukan verifikasi demi sebuah produk yang bisa dipercaya publik. Nah, dalam debunking, ada teknik-teknik dan tools yang dipakai untuk membongkar hoaks.

Seperti kasus kriminal, dalam membongkar hoaks, harus mengenal seluk beluk hoaks terlebih dahulu. Hoaks menyebar ketika; tidak menyaring informasi sebelum disharing atau dibagikan, malas memverifikasi, bisa juga tidak tahu cara verifikasi, literasi yang lemah, jurnalisme yang lemah dan terlalu mencintai atau membenci tokoh.

Hoaks ini meliputi dua hal, yaitu disinformasi dan misinformasi. Disinformasi adalah informasi yg disebarkan salah dan orang yang menyebarkan tahu itu salah, artinya dilakukan secara sengaja. Sedangkan misinformasi adalah informasi yang disebarkan salah, tapi orang yang membagikan tdak tahu itu salah.

Selanjutnya ada tujuh kategori misinformasi dan disinformasi yang beredar di masyarakat, pertama, satire/parodi yaitu lucu-lucuan, tidak ada niat untuk menyakiti, tapi berpotensi membodohi. Kedua, konten menyesatkan yaitu konten sengaja dibuat menyesatkan untuk membingkai sebuah isu atau menyerang individu, sering beritanya ‘dipelintir’.

Ketiga, konten aspal alias asli tapi palsu, yaitu seolah-olah sumbernya asli, padahal palsu. Keempat, konten pabrikasi yaitu konten yang sengaja dibuat untuk menyesatkan dan sama sekali tidak ada faktanya, 100% tidak benar. Kelima, gak nyambung yaitu judul berita, foto, dan caption tidak nyambung dengan isi beritanya.

Keenam, konteksnya salah yaitu konteks aslinya dihilangkan, lalu disebar. Akibatnya, orang menangkap informasinya di luar konteks yang sebenarnya. Ketujuh, konten manipulatif yaitu informasi asli atau kontennya dimanipulasi. Sementara modus hoaks antaralain dengan mendaur ulang berita, mengolah image dan konspirasi.

Hoaks tidak datang begitu saja, melainkan ada pembuatnya. Ciri pembuat hoaks adalah mencuri konten dari situs lain, menggunakan akun palsu dan pakai foto orang lain, antara foto dan narasi berbeda, video ditambahkan narasi yang berbeda dan biasanya mengubah judul dan foto yang dishare. Semua itu harus dikenali untuk bisa melakukan cek fakta.

Ada beberapa cara untuk melakukan memverifikasi informasi dan langsung dipraktikkan saat pelatihan dengan menggunakan tools atau alat yang sudah tersedia. Mengetahui asal usulnya, yaitu darimana konten itu berasal? Perjalanan apa yang telah dilaluinya sejak itu? Dicek kebenarannya dengan melakukan pelacakan secara menyeluruh.

Buari, wartawan Malang Posco Media dapat kesempatan ikut pelatihan cek fakta di Solo.

Selanjutnya mencari tahu sumber atau pihak yang mengirimkan informasinya, siapa yang mengirimkannya? Cek tanggal, kapan konten tersebut dibuat? Cek lokasi, di mana konten itu dibuat? Dan menemukan apa motivasi dibalik konten tersebut dibuat dan disebarkan? Beberapa pertanyaan kunci ini digunakan untuk memulai cek fakta.

Khusus media online yang teridentifikasi menyebar hoaks, berikutnya tipsnya; cek alamat media, cek detail visual media, hati-hati iklan dan waspada jika media terlalu banyak iklan, cek about us media, waspada dengan judul-judul sensasional, bandingkan ciri-ciri pakem media mainstream, cek berita ke situs mainstream seperti di Malangposcomedia.id, cek foto dan video.

Banyak tools verifikasi yang digunakan untuk membongkar hoaks dan langsung praktik dengan studi kasus di masyarakat. Pertama tentang konten menyesatkan dengan mengubah judul dan isi berita, tidak sesuai foto yang digunakan. Kedua, manipulasi data jumlah sebuah aksi di Monas dan ketiga, video tidak nyambung yang digunakan untuk menggiring opini.

Selain latihan yang diberikan pemateri pada hari pertama, Malang Posco Media coba praktik mandiri. Mengunakan beberapa tools, memverifikasi video viral di facebook dan Instagram yang menyesatkan. Berikut hasil cek fakta Malang Posco Media; https://malangposcomedia.id/hoaks-menabung-di-bank-disebut-sindikat-kriminal-ternyata-jual-emas/. (bua/bersambung)

spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img