spot_img
Monday, May 20, 2024
spot_img

1,2 Ton Limbah Dapur Grand Mercure Malang Mirama Diserap Peternak Bebek Pakisaji

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Protein Tinggi dan Lebih Baik Dibanding Pakan Konsentrat

MALANG POSCO MEDIA – Limbah dapur (food waste) Grand Mercure Malang Mirama ternyata sangat membantu kehidupan peternakan bebek. Sebab, limbah makanan dari dapur itu sangat tinggi proteinnya untuk pertumbuhan bebek.

“Saking bagusnya kualitas makanan bebek dari limbah dapur kita, telur yang dihasilkan ukurannya besar-besar,” kata Sugito Adhi, General Manager Grand Mercure Malang Mirama, Jumat malam.

Dikatakan Gito –begitu biasa disapa–, produksi limbah dapur Grand Mercure Malang Mirama setiap hari rata-rata 45 – 55 kg. Atau sekitar 1,2 ton perbulan.

MENGUNTUNGKAN: Jefri, peternak asal Pakisaki setiap malam mengambil limbah dapur Grand Mercure Malang Mirama yang jumlahnya antara 50 kg per hari. (MPM-ist)

Limbah sebanyak itu jika tidak dikelola secara baik dan benar tentu akan menimbulkan masalah. Apalagi masa edar limbah dapur tidak bisa berlama-lama. Tidak bisa disimpan meski hanya sehari.

“Solusinya limbah kita berikan ke peternak sekitar Malang untuk dikelola sebagai pakan ternak bebeknya,” rinci Gito didampimgi Bambang Irawan, House Keeping Manager Grand Mercure Malang Mirama.

Disebutkan Gito, kadar ptotein limbah dapurnya sangat tinggi dan cocok untuk pertumbuhan bebek. Sebelumnya mereka harus membeli konsentrat dan sekam padi (dedhek) untuk pakan ternaknya agar sehat sesuai harapan.

Tetapi, lanjut Gito, sekarang tidak perlu mengeluarkan biaya lagi. Karena konsentrat sudah digantikan limbah dapur yang diberikan secara gratis.

“Sekaranf mereka (peternak) cukup beli dedhek saja. Protein lainnya digantikan limbah dapur yang kualitasnya sangat cocok untuk hewan ternak,” jelas Gito.

Ditambahkan dia, peternak asal Pakisaji yang memanfaatkan limbah dapurnya memelihara 600 ekor bebek. Dari jumlah itu rata-rata perhari yang bertelur 60- 70 persen.

“Bisa dibayangkan kalau harga telur bebek paling rendah Rp 1.700 per butir, sudah berapa duit dihasilkan. Apalagi biaya konsentrat yang mahal itu sudah digantikan limbah dapur secara gratis,” pungkas Gito sembari menyebut berbagai terobosan terkait lingkungan akan terus dilakukan pihaknya. (has)

spot_img

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img