.
Thursday, December 12, 2024

Jumat Agung Kental Aroma Toleransi

Berita Lainnya

Berita Terbaru

MALANG POSCO MEDIA-Peringatan Jumat Agung oleh umat Kristiani di Kota Malang, Jumat (29/3) kemarin kental dengan nuansa toleransi. Apalagi bersamaan dengan umat Islam yang sedang menjalani ibadah Puasa di Bulan Ramadan. 

Seperti halnya pelaksanaan Jumat Agung, yang berlangsung di Gereja Paroki Ratu Rosari Kesatrian, kemarin. Pelaksanaan ibadah ini, merupakan rangkaian untuk menyambut Hari Raya Paskah.

Ketua Dewan et Ekstra Gereja Paroki Ratu Rosari Kesatrian, Bambang Revantoro menjelaskan  ada ibadah yang sudah digelar sebelum pelaksanaan ibadah Jumat Agung. Mulai dari kegiatan sosial seperti bagi takjil dan sembako hingga misa Kamis Putih pada Kamis (28/3) malam.

“Pelaksanaan ibadah Jumat Agung ini, dimulai dengan drama visualisasi sengsaranya Tuhan Yesus. Agenda kami mulai sejak pukul 07.00 hingga pukul 09.00,” jelasnya kepada Malang Posco Media.

Kemudian, masih di hari yang sama agenda ibadah dilanjutkan dengan Penghormatan Salib. Misa dalam ibadah ini dibagi dua sesi yakni pukul 14.00 dan 17.00 WIB.

Kemudian, misa dilanjutkan dengan perayaan malam Paskah, Sabtu (30/3) malam nanti. Tepat di hari Minggu (31/3) besok pihak gereja  memperingati Hari Raya Paskah 2024, yang akan lebih banyak kegiatan untuk anak-anak.

“Ada agenda hiburan, penampilan band dari Orang Muda Katolik (OMK). Kemudian ada doorprize juga yang diberikan untuk anak-anak,” jelasnya.

Rangkaian perayaan Paskah di tahun 2024 ini, ditutup dengan acara puncak yang digelar Minggu (7/4) mendatang. Nantinya akan diikuti sebanyak 300 jemaat lanjut usia (lansia), yang sudah didata.

Pelaksanaan Jumat Agung sendiri dipadati umat. Kapasitas gereja keseluruhan bisa memuat hingga 2.000 orang. Sementara, untuk akses parkir sudah disediakan di halaman, ruas Jalan Plongkowati, area parkir Bus Al-Mubarok dan area lapangan Denzibang.

“Kami dibantu dari Al-Mubarok, karang taruna wilayah setempat dan Denzibang. Namun, apabila ini sudah penuh kapasitasnya, maka kami harus berani menolak. Bisa ikut sesi misa selanjutnya atau di tempat lain,” sebutnya.

Pekan sebelum Jumat Agung.  diceritakan Bambang, ada bagi makanan gratis untuk buka puasa. Pembagian ini melalui kupon, yang diberikan kepada masyarakat yang memang membutuhkan.

Kemudian juga ada pembagian sembako, yang ikut menjadi rangkaian perayaan Hari Raya Paskah. “Apalagi umat muslim saat ini mau merayakan Lebaran, jadi semoga bantuan ini tepat sasaran dan memberikan manfaat,” lanjut Bambang.

Di tempat lain, untuk mengenang wafatnya Yesus Kristus ditampilkan drama penyaliban atau yang biasa disebut Tablo. Hal ini dilakukan di Gereja Santo Yohanes Pemandi Janti Kota Malang, dalam ibadah Jumat Agung.

“Tahun ini kami mengajak umat Katolik yang sering kali jatuh dalam dosa dan kelemahan untuk bangkit, untuk meneruskan perjalanan rohani. Sehingga menjadi umat Katolik bangkit yang tahan uji terhadap salib,” ungkap Pastor Paroki St Yohanes Pemandi Janti, Romo Bernardus Winur.

Tidak jauh berbeda seperti gereja paroki yang lain, setelah ibadah jalan salib umat katolik akan menjalani misa Jumat Agung. “Kegiatan ini dilakukan konselebran, dengan selebran utama saya sebagai selebran utama,” jelasnya.

Di Kota Batu, peringatan Jumat Agung berlangsung di Gereja Paroki Gembala Baik, Kota Batu Jumat, kemarin. Ibadah yang diikuti sekitar 2.000 umat itu  juga menampilkan teaterikal bertajuk Jalan Salib.

“Teaterikal Jalan Salib yang digelar pada Jumat Agung ini diharapkan agar umat Katolik mengenang bagaimana perjalan hidup, penderitaan, wafatnya dan bangkitnya Allah yang jadi manusia atau Yesus. Karena sebenarnya inti Katolik ada di situ,” kata  Romo Paroki Gembala Baik, Romo Yulius O. Carm.

Melalui teaterikal yang berlangsung sekitar dua  jam tersebut, umat Katolik juga diharapkan  berdoa agar sebagai manusia tidak berbuat dosa pada kehendak Tuhan.

Menariknya teaterikal disutradai dan diperankan oleh generasi muda Katolik yang tergabung dalam  OMK Kota Batu. Sarbella Adelia merupakan sutradara dari perwakilan OMK Kota Batu menyampaikan proses persiapan teaterikal dalam Jumat Agung membutuhkan waktu selama tiga bulan.

“Dalam prosesnya kami membutuhkan waktu tiga bulan dan melibatkan sekitar 60 OMK. Puluhan pemeran ini memerankan tema tujuh sabda di kayu salib dengan adegan sidang Pontius Pilatus dan momen Yesus didera atau dicambuk,” bebernya.

Lebih lanjut, ia berharap dengan adanya visualisasi teaterikal ini umat katolik lebih bisa menghayati dan merenung lagi bagaimana proses Yesus disalib. Serta adanya kemudahan tujuh sabda yang harus digenapinya.

Disisi lain, ibadah di Gereja Paroki Gembala Baik, Kota Batu selalu dipenuhi umat Katolik Pasalnya umat yang hadir tidak hanya dari Kota Batu, melainkan juga wisatawan yang sedang berlibur ke Kota Batu. (rex/eri/van)

Berita Lainnya

Berita Terbaru

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img